Sebagai motivator Indonesia, izinkan saya berbagi inspirasi soal nilai A dan nilai D. Pertama-tama, bacalah ini pelan-pelan:

  • Di sekolah, ketika matematika Anda dapat nilai merah dan olahraga Anda dapat nilai tinggi, kira-kira mata pelajaran mana yang di-les-kan? Yang merah, yang jeblok!
  • Di kampus, ketika akunting Anda dapat nilai D dan pemasaran Anda dapat nilai A, kira-kira mata kuliah mana yang diulang? Yang D, yang jeblok!

Bayangkan, kemungkinan besar Anda tidak berminat dan tidak berbakat di mata pelajaran yang nilainya D. Kemungkinan besar Anda tidak akan menekuninya dan kelak tidak akan menjadikannya sebagai sumber nafkah. Lha, sudah tahu begitu, kok malah diulang-ulang? Itu bukan saja membuat kesal, tapi juga menghabiskan uang dan waktu!

Bagaimana dengan mata pelajaran yang nilainya A? Kemungkinan besar, inilah minat dan bakat Anda. Kemungkinan besar, Anda akan menekuninya dan kelak menjadikannya sebagai sumber nafkah. Celakanya, sudah tahu begitu, kok malah tidak diulang? Padahal kalau diulang, itu akan membuat Anda semakin ahli! Iya tho?

motivator-indonesia-terbaik-motivator-indonesia-terkenal

Misalnya, ada orang yang sudah tiga kali menjajal bisnis makanan dan gagal terus. Nah, suatu saat, ia mencoba bisnis kargo dan langsung berhasil. Lalu, ia mengembangkan bisnis kargo tersebut dan selalu berhasil. Kemungkinan besar, ini adalah minat dan bakatnya. Kemungkinan besar, ini cocok pula untuk dijadikan sumber nafkahnya.

Pertanyaannya, ke depan sebaiknya dia ‘mengulang’ bisnis makanan dan bisnis kargo? Bisnis yang terbukti ia bernilai D atau bisnis yang teruji ia bernilai A? Orang waras akan menjawab, yah tentu saja, bisnis yang teruji ia bernilai A, yaitu bisnis kargo. Dan menariknya, itu akan membuatnya semakin ahli, semakin kaya, dan semakin bahagia.

Lantas, bagaimana kalau ternyata dia dihadapkan dengan peluang emas di bisnis makanan, sementara di bisnis ini sudah terbukti ia bernilai D? Itu sih gampang, ajak saja atau bermitralah dengan si ahli yang teruji bernilai A di bisnis makanan. Ngapain ia repot-repot belajar untuk mendapatkan nilai A? Ngapain ia memaksakan diri belajar dari nol?

Think!